Cabri World –Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa secara tegas menolak rencana penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendanai proyek family office yang diusulkan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di Bali. Ia menilai, proyek tersebut bukan prioritas pemerintah dan sebaiknya dibangun secara mandiri tanpa mengandalkan dana negara.
Sebagai langkah awal, Purbaya menegaskan bahwa seluruh fokus anggaran akan tetap diarahkan untuk kebutuhan yang lebih mendesak dan berdampak langsung pada masyarakat.
“Baca Juga: Trump Sebut Erdogan Bisa Selesaikan Konflik Rusia-Ukraina”
Fokus Utama: Efisiensi dan Ketepatan Sasaran Anggaran
Selanjutnya, Purbaya menuturkan bahwa Kementerian Keuangan saat ini tengah memperkuat pengelolaan anggaran agar lebih efisien dan tepat sasaran. Ia menolak keras adanya pengalihan dana APBN untuk proyek yang belum jelas manfaatnya.
“Kalau kasih anggaran yang tepat, nanti pasti pelaksanaannya tepat waktu, tepat sasaran, dan enggak ada yang bocor. Itu aja,” ujarnya tegas di Kantor Pusat DJP, Jakarta, Senin (13/10/2025).
Transisinya, ia menambahkan bahwa setiap rupiah anggaran negara harus memiliki nilai guna yang jelas serta diarahkan untuk program prioritas nasional, bukan proyek bersifat eksperimental.
Sikap Hati-Hati: Tidak Ingin Terlibat Lebih Jauh
Dalam keterangannya, Purbaya juga mengungkapkan bahwa dirinya telah lama mendengar wacana family office yang sedang digodok DEN bersama pihak terkait. Namun, ia memilih untuk tidak terlibat lebih jauh dalam pembahasannya.
“Baca Juga: Pernikahan Kakek di Pacitan Heboh, Mahar Rp3 Miliar Bermasalah”
“Oh, saya udah denger lama isu itu, tapi biar saja. Kalau DEN bisa bangun sendiri, ya bangun aja sendiri. Saya anggarannya enggak akan alihkan ke sana. Saya fokus,” jelasnya.
Sebagai transisi, pernyataan ini menunjukkan konsistensi Purbaya dalam menjaga prinsip pengelolaan keuangan negara yang independen dan berorientasi pada efisiensi.
Kurang Paham Konsep: Purbaya Belum Melihat Rencana Secara Detail
Lebih lanjut, Purbaya mengaku belum memahami secara mendalam konsep family office yang dimaksud. Ia menyebut bahwa meski Luhut sering menyinggung hal tersebut, dirinya belum pernah melihat konsep konkret yang diajukan.
“Saya belum terlalu ngerti konsepnya walaupun Pak Ketua DEN sering bicara, tapi saya nggak pernah lihat. Jadi, saya enggak bisa jawab,” katanya sembari tersenyum.
Transisinya, sikap ini menggambarkan kehati-hatian pejabat negara dalam menilai proyek yang belum memiliki kejelasan arah dan manfaat publik.
Latar Belakang: Apa Itu Family Office?
Sebagai informasi tambahan, family office merupakan entitas pengelola kekayaan pribadi atau keluarga konglomerat, yang biasanya beroperasi di negara dengan sistem pajak ramah investasi seperti Singapura dan Hong Kong.
Transisinya, meski ide tersebut terdengar potensial, banyak pihak menilai perlu kajian matang agar tidak membebani keuangan negara.
Kesimpulan: Purbaya Utamakan Tata Kelola dan Disiplin Fiskal
Sebagai penutup, sikap tegas Purbaya menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal dan memastikan bahwa setiap alokasi APBN digunakan secara bertanggung jawab. Ia menegaskan, penggunaan dana publik harus berpihak pada kepentingan rakyat, bukan proyek yang belum memiliki urgensi jelas.
Penutup: Komitmen Transparansi dan Prioritas Nasional
Pernyataan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan pentingnya disiplin fiskal dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Ia menunjukkan bahwa setiap penggunaan APBN harus memiliki arah yang jelas, berdampak nyata bagi masyarakat, dan tidak boleh digunakan untuk proyek yang belum teruji manfaatnya.




Leave a Reply