Hamas Buka Peluang Damai, Tetap Ajukan Satu Tuntutan

Hamas Buka Peluang Damai, Tetap Ajukan Satu Tuntutan

Cabri World – Hamas Buka Peluang Damai, menyatakan kesiapan untuk mencapai kesepakatan damai guna mengakhiri perang di Gaza. Langkah ini didasarkan pada rencana perdamaian yang diusulkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Meski demikian, Hamas menegaskan masih ada satu tuntutan penting yang harus dipenuhi sebelum kesepakatan benar-benar tercapai.

Negosiasi intensif kini berlangsung di Kairo, Mesir, dengan kehadiran Perdana Menteri Qatar dan mediator senior AS. Keduanya bergabung dalam pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan Israel yang bertujuan mencari jalan keluar permanen dari konflik dua tahun terakhir.

“Baca Juga: Calvin Verdonk Tiba di Arab Saudi, Jelaskan Alasan Absen di Lille”

Pemimpin senior Hamas, Khalil Al-Hayya, mengatakan kepada Al Qahera News TV bahwa pihaknya datang dengan niat serius. Ia menegaskan Hamas siap bernegosiasi secara bertanggung jawab untuk mencapai hasil konkret. “Kami datang untuk terlibat dalam negosiasi yang serius dan bertanggung jawab,” ujarnya dalam wawancara dengan media yang berafiliasi dengan Pemerintah Mesir itu.

Al-Hayya menambahkan bahwa Hamas membutuhkan jaminan kuat agar perang benar-benar berakhir dan tidak terulang di masa depan. Ia menekankan pentingnya komitmen internasional dalam memastikan implementasi kesepakatan berjalan sesuai harapan rakyat Palestina.

Sementara itu, Presiden Donald Trump menyatakan optimisme terhadap kemajuan proses perdamaian di Gaza. “Saya pikir ada kemungkinan kita bisa memiliki perdamaian di Timur Tengah,” kata Trump kepada wartawan di Oval Office, menandakan adanya kemajuan diplomatik yang signifikan.

Meski masih terdapat tantangan, pernyataan terbaru dari Hamas dan dukungan AS menandakan peluang baru bagi perdamaian jangka panjang di Gaza. Jika kesepakatan berhasil dicapai, hal ini bisa menjadi langkah bersejarah menuju stabilitas di kawasan yang selama ini dilanda konflik.

Hamas Buka Peluang Damai, Namun Tantangan Rekonstruksi Mengadang

Otoritas Gaza melaporkan sekitar 67.000 orang tewas sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, sementara lebih dari 1.200 warga Israel juga kehilangan nyawa pada hari yang sama. Serangan itu juga menyebabkan 251 orang disandera, memperburuk ketegangan dan penderitaan di kedua pihak.

“Baca Juga: Suriah Resmi Umumkan Hasil Pemilu Pasca Rezim Assad”

Meskipun perundingan terbaru antara Hamas dan Israel disebut paling menjanjikan untuk mengakhiri perang, para pejabat dari semua pihak tetap menyerukan kehati-hatian. Mereka menilai proses menuju kesepakatan damai masih panjang dan kompleks. Di tengah negosiasi, warga Israel mengenang hari paling kelam sejak Holocaust, sementara warga Gaza berharap penderitaan panjang mereka segera berakhir.

Namun, muncul pertanyaan besar tentang masa depan Gaza jika kesepakatan benar-benar tercapai. Siapa yang akan memerintah wilayah itu dan membangunnya kembali? Bagaimana pembiayaan rekonstruksi akan dilakukan di tengah kehancuran besar-besaran?

Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menegaskan penolakannya terhadap peran politik Hamas dalam pemerintahan pascaperang. Pernyataan itu menandakan bahwa rekonstruksi Gaza tidak hanya menjadi persoalan kemanusiaan, tetapi juga ujian diplomatik yang akan menentukan arah perdamaian jangka panjang di Timur Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *