Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata Gaza

Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata Gaza

Cabri World – Kelompok pejuang Palestina, Hamas, menyatakan kesiapannya untuk berunding dengan Israel demi mengakhiri perang berkepanjangan di Gaza dan membebaskan para sandera yang masih ditahan. Langkah ini menjadi sinyal positif setelah hampir dua tahun konflik yang menelan banyak korban dan memicu krisis kemanusiaan besar di wilayah tersebut.

Delegasi Hamas dan Israel Menuju Mesir untuk Negosiasi

Delegasi Hamas tiba di Mesir pada Minggu (5/10/2025) malam untuk mengikuti perundingan penting di Sharm el-Sheikh, resor Laut Merah. Mereka dipimpin oleh Khalil Al-Hayya, pemimpin Hamas di Gaza yang kini diasingkan. Perundingan ini akan melibatkan juga perwakilan dari Amerika Serikat (AS) dan Qatar.

“Baca Juga: Aktivis Malaysia Ceritakan Kekejaman Israel di Tahanan”

Dari pihak Israel, negosiator dipimpin oleh Menteri Urusan Strategis Ron Dermer. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi langkah awal implementasi rencana perdamaian yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Dukungan dan Desakan dari Amerika Serikat

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa beberapa hari ke depan akan sangat menentukan arah perundingan ini.
“Kita akan segera tahu apakah Hamas serius atau tidak berdasarkan bagaimana perundingan teknis ini berjalan,” ujarnya kepada NBC News.

Rubio menjelaskan bahwa tahap pertama pembicaraan akan berfokus pada pembebasan 48 sandera, di mana 20 di antaranya masih hidup. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina.

Presiden Donald Trump juga menyampaikan optimisme terkait kemajuan negosiasi. “Saya diberitahu bahwa tahap pertama harus diselesaikan minggu ini, dan saya meminta semua pihak untuk bergerak cepat,” tulisnya di media sosial, seperti dikutip Reuters, Senin (6/10/2025).

Harapan Baru bagi Perdamaian di Gaza

Jika perundingan berjalan sesuai rencana, proses ini dapat menjadi langkah penting menuju gencatan senjata permanen dan stabilitas regional. Mesir, Qatar, dan AS berperan sebagai mediator utama dalam memastikan setiap tahap negosiasi terlaksana dengan baik.

Keberhasilan tahap awal ini diharapkan membuka jalan bagi dialog politik lanjutan, termasuk rekonstruksi Gaza dan kesepakatan jangka panjang antara Israel dan Hamas. Dunia kini menanti hasil pertemuan tersebut sebagai momentum penting untuk mengakhiri perang dan penderitaan warga sipil di Gaza.

Hamas ke Mesir, Serangan Israel ke Gaza Tetap Berlanjut

Pemimpin Hamas di Gaza yang diasingkan, Khalil Al-Hayya, melakukan kunjungan pertama ke Mesir sejak selamat dari serangan Israel di Doha, ibu kota Qatar, bulan lalu. Kehadirannya menjadi bagian dari upaya diplomatik untuk menyepakati rencana perdamaian 20 poin yang digagas Presiden AS Donald Trump, bertujuan menghentikan perang Gaza, membebaskan sandera, dan menentukan masa depan wilayah tersebut.

Rencana Perdamaian Trump Disambut Parsial oleh Hamas

Rencana perdamaian yang diajukan Trump mencakup 20 poin strategis, termasuk penghentian pertempuran, pembebasan sandera, dan stabilisasi politik Gaza. Baik Israel maupun Hamas telah menyetujui beberapa bagian rencana itu.

“Baca Juga: Prabowo Kumpulkan Menteri di Kertanegara, Bukan Bahas Jokowi”

Pada Jumat lalu, Hamas menyatakan menerima poin-poin yang berkaitan dengan pembebasan sandera dan beberapa elemen kemanusiaan lainnya. Namun, mereka menolak usulan pelucutan senjata, yang dianggap mengancam hak pertahanan diri.

Trump menyambut baik tanggapan Hamas. Ia menyebut langkah itu sebagai sinyal bahwa Hamas “siap untuk perdamaian abadi.” Trump juga meminta Israel segera menghentikan pengeboman di Gaza, tetapi permintaan tersebut belum dipenuhi.

Israel Terus Gempur Gaza, Puluhan Warga Tewas

Meskipun ada dorongan diplomatik, serangan Israel ke Gaza belum mereda. Pada Minggu (5/10/2025), pesawat tempur dan tank Israel menggempur sejumlah wilayah di kantong tersebut.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 19 warga sipil tewas. Empat korban meninggal saat mencari bantuan di selatan Jalur Gaza, dan lima lainnya tewas akibat serangan udara di Kota Gaza.

Seorang pengungsi, Ahmed Assad, mengaku kecewa dengan situasi di lapangan. “Kami tidak melihat adanya perubahan. Kami tidak tahu harus ke mana,” ujarnya penuh kebingungan.

Konflik Gaza Masuki Tahun Kedua dengan Korban Massal

Konflik ini bermula dari serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang, menurut data Israel.

Sejak itu, Israel melancarkan serangan balasan besar-besaran ke Gaza, menewaskan lebih dari 67.000 orang, mayoritas warga sipil, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Meskipun rencana perdamaian mulai dibahas, kenyataan di lapangan masih kelam. Banyak pihak berharap negosiasi di Mesir dapat membawa titik balik menuju gencatan senjata dan perdamaian yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *