Jurnalis Finlandia Mogok Makan Protes Penahanan Israel

Jurnalis Finlandia Mogok Makan Protes Penahanan Israel

Cabri World – Renaz Ebrahimi, seorang jurnalis asal Finlandia, dilaporkan memulai aksi mogok makan setelah ditahan oleh pasukan Israel. Ia ditangkap saat kapal bantuan Global Sumud Flotilla dicegat di perairan menuju Gaza. Aksi mogok makan ini diumumkan oleh gerakan aktivis Global Sumud Flotilla sebagai bentuk protes atas perlakuan buruk terhadap para tahanan.

Jurnalis Finlandia Mogok Makan disebabkan Penahanan Aktivis dan Kondisi di Tahanan

Israel mencegat konvoi berisi 42 kapal yang membawa lebih dari 450 aktivis dari berbagai negara awal pekan ini. Kapal-kapal tersebut berusaha menembus blokade laut yang telah lama diberlakukan Israel terhadap Gaza. Enam warga Finlandia termasuk di antara mereka yang ditangkap, salah satunya Ebrahimi.

“Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Terjang Nepal, Puluhan Tewas”

Menurut pernyataan gerakan Global Sumud Flotilla, para aktivis mengalami kondisi penahanan yang tidak manusiawi. Mereka tidak diberi akses ke air bersih, makanan yang layak, obat-obatan penting, maupun bantuan hukum. “Para tahanan diperlakukan secara kasar dan sebagian menjadi korban kekerasan fisik,” demikian pernyataan kelompok tersebut.

Jurnalis Finlandia Mogok Makan, Tuduhan Penganiayaan dan Perlakuan Tidak Manusiawi

Laporan dari Helsinki Times menyebut beberapa tahanan diborgol, ditutup matanya, dan dipaksa melepas pakaian keagamaan seperti hijab. Perlakuan ini menuai kecaman dari berbagai kelompok hak asasi manusia di Eropa yang menuntut investigasi independen atas tindakan Israel.

Jurnalis Finlandia Mogok Makan, Tuduh Israel Lakukan Pelecehan dan Kekerasan

Puluhan aktivis kemanusiaan yang ditahan Israel setelah penangkapan kapal Global Sumud Flotilla dilaporkan melakukan aksi mogok makan. Aksi ini bertujuan menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza dan menuntut perhatian dunia terhadap dampak blokade Israel terhadap warga sipil. Di antara mereka terdapat jurnalis Finlandia Renaz Ebrahimi dan aktivis iklim terkenal Greta Thunberg.

Protes untuk Keadilan dan Kondisi Penahanan

Gerakan Global Sumud menyatakan para aktivis menolak makan sebagai bentuk protes atas perlakuan tidak manusiawi selama penahanan. Mereka tidak diizinkan menghubungi keluarga dan akses terhadap penasihat hukum dibatasi. “Beberapa tahanan wanita dipaksa melepaskan pakaian keagamaan saat digeledah,” kata pernyataan resmi kelompok tersebut.

Baca Juga: Bola Api Melintas di Cirebon, Warga Dengar Dentuman Keras”

Menurut laporan yang dikutip dari berbagai saksi, kondisi di pusat penahanan sangat buruk. Para tahanan mengaku diintimidasi, kekurangan air dan makanan, serta tidak mendapat akses terhadap obat-obatan penting.

Kesaksian dari Aktivis dan Jurnalis

Jurnalis Turki Ersin Celik mengatakan ia melihat langsung penganiayaan terhadap Greta Thunberg. “Dia diseret, dibungkus bendera Israel, dan diarak oleh penjaga,” ujarnya. Aktivis dari Malaysia dan Amerika Serikat juga memberikan kesaksian serupa.

Sementara itu, jurnalis Italia Saverio Tommasi yang telah dideportasi menuturkan para tahanan diperlakukan “seperti monyet”. Mereka diejek, dilarang minum obat, dan mendapat perlakuan kasar dari penjaga. Rekan senegaranya, Lorenzo D’Agostino, menambahkan bahwa pasukan Israel mengarahkan senjata ke tahanan, mencuri barang-barang pribadi, dan menggunakan anjing untuk menakut-nakuti mereka. “Kami dipaksa berlutut selama empat jam dengan tangan diikat ritsleting,” katanya.

Seruan Internasional untuk Investigasi

Berbagai organisasi hak asasi manusia menyerukan investigasi independen terhadap dugaan kekerasan tersebut. Mereka mendesak Israel menghormati hak tahanan dan membebaskan semua aktivis yang ditahan tanpa alasan hukum yang jelas.

Aksi mogok makan para aktivis kini menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan dan ketidakadilan yang mereka alami, sekaligus pengingat akan penderitaan warga Gaza yang terus hidup di bawah blokade panjang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *